RuangGuru dan Perubahan Pendidikan di IndonesiaIshadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)

Jakarta -Alkisah suatu hari seorang muda, cerdas, beruntung, memiliki motivasi tinggi berbuat sesuatu untuk Indonesia, namanya Belva Devara. Lahir di Jakarta, 30 Mei 1990, Ayahnya dokter, ibunya notaris. Awalnya kuliah di President University, sebuah universitas swasta anggun di Jakarta. Ia lalu bermimpi untuk mengejar degree di dua universitas ternama, Harvard University dan Stanford University di Amerika Serikat (AS(.

Dua title pascasarjana direnggutnya di kedua universitas prestisius di dunia itu dalam waktu singkat, tiga tahun. Di Harvard University ia mengambil jadwal Master of Public Administration (Kebijakan Publik), dan di Stanford University jadwal Master of Business Administration (Bisnis Manajemen). Pulang ke Jakarta, lulusan dua universitas terbaik itu melongo dikala membaca bahwa pada tahun 2014 performance Indonesia di bidang matematika dan sains --dua ilmu dasar yang sangat diharapkan untuk dapat menjadi seseorang sukses di dunia akademik-- berada di nomor 65. China di nomor 1, disusul oleh Singapura nomor 2, Korea Selatan nomor 5, Inggris nomor 26, dan AS nomor 30.

Penyebabnya ialah mutu rata-rata pendidikan guru pada tingkat SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas sangat rendah. Untuk dapat membuat siswa SD, SMP, Sekolah Menengan Atas Indonesia berada pada tingkat 30-an ibarat AS berdasarkan survei perlu waktu 128 tahun untuk membuat Jakarta dan bukan Indonesia tingkat pendidikan siswanya rata-rata sama dengan negara-negara Eropa.

Saya mengenal Belva tatkala beberapa kali di banyak sekali kota menjadi pembicara di Creativepreneur Corner, event besutan entrepreneur milenial, Putri Tanjung.

Belva berbulan-bulan merenung mencari solusi mempelajari metodologi pendidikan guru di banyak sekali negara serta mengingat kembali pelajaran yang diperoleh dalam kurun waktu tiga tahun kuliah di Harvard dan Stanford. Kesimpulannya hanya ada satu cara untuk dapat membuat lompatan signifikan di sektor pendidikan dasar dan menengah, yaitu mengubah cara-cara bimbingan mencar ilmu (bimbel) yang kini ini berlangsung di Indonesia.

Di Indonesia ada 15.000 bimbel, namun biayanya mahal, rata-rata Rp 10 juta per tahun. Ada yang khusus 50 juta per tahun. Karena teramat mahal, sangat terbatas siswa yang mau melaksanakan bimbel khusus ibarat itu.

Setelah merenung dan meneliti enam bulan lamanya, Belva bersama temannya lulusan Columbia University New York, Iman Usman pada 2014 memutuskan untuk mendirikan perusahaan startup di bidang pendidikan khususnya bimbel lewat media online yang nama brand-nya RuangGuru. Kurang dari satu tahun RuangGuru berkembang pesat dan bekerja sama dengan sekolah-sekolah unggulan di lebih 300 kota di seluruh Indonesia.

RuangGuru berhasil melaksanakan kolaborasi dengan 32 dari 34 pemerintah provinsi dan lebih dari 326 pemerintah kota dan mengajak 10 juta siswa mulai dari SD, SMP, sampai Sekolah Menengan Atas untuk bergabung. Belva menyampaikan RuangGuru hadir tidak hanya sebagai sebuah usaha, namun juga berusaha untuk meningkatkan kualitas guru dengan membuat lapangan kerja dan komplemen pengetahuan guru.

Pada dasarnya RuangGuru ialah sebuah perusahaan teknologi yang menyasar pendidikan untuk siswa SD sampai Sekolah Menengah Pertama dan SMA, untuk mencar ilmu komplemen di luar kelas (bimbel) lewat tatap muka secara interaktif via media online khusus memakai handphone. Sebuah langkah disrupsi di sektor Bimbingan Belajar. Sejak awal yang disasar ialah siswa-siswa yang selama ini mempersiapkan kenaikan kelas lewat usaha-usaha forum bimbel.

Sebagaimana perusahaan startup lain, RuangGuru berkembang dengan amat pesat. Perkembangan yang amat cepat membuat pemangku pendidikan di Indeensia tersentak. Bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017, Belva diundang hadir di Istana Negara bersama dengan ratusan permintaan lain. Belva sempat berbincang singkat dengan Presiden perihal RuangGuru.

Tak disangka sebulan kemudian, pada 16 November 2017, Belva diundang bersama dengan Nadiem Makariem (GOJEK) memberikan presentasi di depan seluruh Menteri Kabinet di Istana Negara. Pertemuan ini menambah keyakinan dan semangat RuangGuru untuk lebih kasar menata jaringan RuangGuru dengan menambah tenaga operasional.

Sekarang ini RuangGuru berhasil melatih 200.000 guru lepasan di 32 Provinsi dan 326 kota. Tugasnya apabila diminta, dapat menawarkan bimbingan komplemen di samping aplikasi RuangGuru yang sudah mereka akses.

RuangGuru sudah menjadi infrastruktur komplemen penting untuk siswa SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas di seluruh Indonesia. Terlebih lagi aplikasi RuangGuru juga menyediakan pendidikan agama, dan moral budaya, serta entrepreneurship bagi siswa.

Kita sedang menyaksikan sebuah perubahan strategis oleh dua orang muda yang cerdas untuk mencoba melaksanakan perubahan dalam cara belajar, belajar khusus mata pelajaran matematika, fisika, kimia, Bahasa Inggris dan TOEFL. Ketika aku bertanya, apakah langkah RuangGuru akan membantu percepatan performance pendidikan di Indonesia, beliau menjawab insya Allah. Berapa lama? "Insya Allah di kurun perjalanan waktu saya."

Mari kita tunggu dan menjadi saksi perubahan performance pendidikan Indonesia, khususnya ilmu dasar, ibarat dijanjikan Belva dan teman-temannya. Kalau aku ditanya, bersama dengan 1.000 orang muda cerdas dan kreatif yang kini bekerja di RuangGuru, aku yakin bisa!

Ishadi SK Komisaris Transmedia


Tulisan ini ialah kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin membuat goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com
Lebih baru Lebih lama