
Jakarta -
Perubahan mendasar atau mendasar penemuan teknologi, terus terjadi di semua lini dan tak sanggup dihindari. Pertanyaannya, apakah pemerintah telah menawarkan ruang, stimulan, dan dorongan yang cukup bagi inovator digital untuk lebih berkembang?
Dari sisi sumber daya insan (SDM), pemerintahan Joko Widodo dalam empat tahun terakhir memberi perhatian serius dalam mendorong munculnya para inovator digital. Ruang penemuan diberikan lebar melalui pembiasaan kebijakan pro-inovasi.
Tidak hanya startup baru, perhatian juga diberikan pada puluhan startup yang sudah berkembang dan berpotensi menjadi unicorn. Jika satu unicorn saja, contohnya Gojek, sanggup berkontribusi sebesar Rp 9,9 triliun per tahun terhadap perekonomian Indonesia, sanggup dibayangkan begitu banyak manfaat kalau Indonesia berhasil mencetak unicorn-unicorn baru.
![]() |
Inovasi identik dengan kreativitas dan terkait itu, pembangunan iklim kreatif pun dilakukan secara masif dan intensif. Sejak 2015, Presiden Joko Widodo mengambarkan Indonesia masuknya pada kurun ekonomi kreatif, kurun dimana ilham dan pengetahuan dari SDM menjadi faktor produksi yang utama. Terobosan contoh pikir tersebut, diwujudkan melalui pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk membangun ekosistem kreatif dan memberdayakan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.
Dalam konteks industri 4.0, diskursus infrastruktur seharusnya sudah tidak jadi persoalan. Nah, terkait itu, dalam empat tahun terakhir, pemerintahan Jokowi memastikan inklusi internet untuk masyarakat Indonesia hingga ke pelosok melalui pembangunan Palapa Ring. Lebih dari 12 ribu km kabel serat optik terbentang dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia biar masyarakat sanggup menikmati internet cepat.
(-/-)