Ishadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)Jakarta -Ini dongeng ihwal seorang mahasiswa, Arif Zamani (27) yang sedang menuntaskan pendidikan di Canberra University jurusan Commercial Business, berkomunikasi dengan sobat SMA-nya, Amanda (26) yang sedang bersekolah di Manchester University London jurusan Business Administration. Amanda semenjak awal memutuskan untuk bertani, dan itu dilakukannya sehabis menuntaskan kuliahnya dan kembali ke Indonesia. Ia bertani di kebun milik ayahnya di Sukabumi, Jawa Barat.
Pada panen pertama, hasil sayurannya ditawar terlalu rendah harganya oleh para tengkulak. Ia kemudian memutuskan untuk membangun sistem jual beli yang menguntungkan petani. Lewat Whatsapp ia memberikan keluhannya kepada Arif yang berjanji sehabis menuntaskan kuliahnya di Canberra akan membantu Amanda melawan para tengkulak sayuran. Lewat media umum mereka kemudian berkenalan dengan Rama Notowidigdo (42), Product Evangelist di GOJEK yang kebetulan telah keluar dan mendirikan InsanTani, sebuah platform untuk menolong para petani dari para tengkulak. Ketiganya bertemu, dan hanya dalam kurun waktu dua bulan mereka setuju mendirikan perjuangan gres berjulukan SayurBox. Seluruh konsep jual beli sayur lewat online.
Gagasan mereka kemudian ditawarkan di media umum untuk fundraising modal awalnya. Hanya dalam kurun waktu dua ahad mereka sudah mendapat investor yang mau membantu menyediakan dana cukup untuk langkah awal. Cerita selanjutnya bagaikan mimpi, perubahan demikian cepat. Pada 2017 mereka menyewa bangunan gedung bekas Inter Studio di Pejaten, membangun infrastruktur gudang penyimpanan dan cold storage untuk menyimpan sayuran yang dibeli. Pada 2018 awalnya berupa aplikasi start-up, menjelma perjuangan profesional dengan mempekerjakan 96 orang pekerja dan puluhan ibu-ibu PHL (Pekerja Harian Lepas) yang mensortir sayur dan buah, memasukkannya dalam kardus rapi untuk dikirim ke pasar-pasar tradisional maupun ke ibu-ibu rumah tangga yang kemudian lewat media umum menjadi pelanggan tetap.
Kurang dari satu tahun mereka di Jabodetabek sudah mempunyai enam hub, berupa warehouse yang dilengkapi storage sebagai tempat penampungan sementara untuk kemudian lewat 200 driver ojek, dikirim ke pembeli maupun sentra jualan. Awalnya memang sayur box menghadapi kesulitan, alasannya yaitu customer umumnya sensitif pada harga, kalau ada voucher, usul naik, namun jikalau tidak usul turun.
Pada kuartal kedua model bisnisnya lebih dikembangkan menggandakan platform serupa di Australia yang lewat kegiatan HelloFresh, perusahaan online penjual sayur dan buah yang membangun pelanggan-pelanggan umumnya di rumah-rumah yang mempunyai cold storage, sehingga rata-rata membeli dalam volume besar untuk keperluan mingguan.
Awal 2019 mereka kemudian menyebarkan central house, sentra pergudangan yang lebih besar di Jakarta, Surabaya, dan Lembang. Awalnya mereka menghadapi perlawanan dari para tengkulak setempat, namun sehabis merekrut tenaga-tenaga setempat, para tengkulak ini kemudian menyingkir.
Khusus di Surabaya, SayurBox lebih banyak memasarkan buah, khususnya dari Malang, Banyuwangi, dan sekitarnya. SayurBox menjual 8 ton sayur dan 10 ton buah-buahan per hari di Jakarta, di Bandung 2 ton sehari dan di Surabaya berhasil dijual 4 ton buah-buahan menyerupai mangga, buah naga, dan jambu.
Pada selesai 2019 mereka merencanakan untuk memperluas pasarnya ke Bali dan beberapa kawasan lainnya. Mereka juga menjual ke toko-toko buah di pinggir jalan. Pada karenanya kelak, mereka akan menjadi "market place" untuk pasar tradisional dan supermarket di aneka macam wilayah di Indonesia.
Ada tiga seni administrasi yang akan dilakukan. Pertama, petani didorong untuk menjadi penggalan dari sistem penjualan online. Kedua, ibu-ibu rumah tangga maupun pedagang kecil dan pasar tradisional menjadi penggalan dari aplikasi jual beli sayur dan buah secara lebih murah alasannya yaitu rantainya dibebaskan dari tengkulak sayur dan buah. Ketiga, akan membangun jaringan penjualan pribadi ke market tradisional maupun retail besar.
Konsep menyerupai ini sudah usang berlangsung di China. Yang paling populer yaitu TaoBao, online shop anak perjuangan Alibaba. Mimpi Arif, Amanda, dan Rama ke depan yaitu membangun jaringan aplikasi dari Sabang-Merauke secara murah dan efisien. Dari Papua dikirim aneka macam macam sayur dan buah, sebaliknya dari Aceh diangkut kopi Aceh untuk pasar Papua. Demikian seterusnya antarprovinsi, kabupaten, dan kawasan menyerupai tukar barang pada zaman dahulu.
Dengan demikian, biaya transport yang selama ini merupakan beban terberat dari bisnis ini sanggup teratasi lewat sistem "barter" menyerupai ini. Ya, memang inilah hikmah bisnis model 4.0 yang membuka segala kemungkinan transaksi barang dan jasa secara cepat, murah, dan hemat.
Ishadi SK Komisaris Transmedia
Tulisan ini yaitu kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!
Sumber detik.com