Demi Gelora Bung Tomo Ramah Difabel, Pemkot Gelontorkan Dana Rp 9 MFoto: Deny Prastyo Utomo/File

Surabaya -Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya terus melaksanakan penambahan dan pembenahan fasilitas, salah satunya semoga stadion ini ramah difabel. Demi itu, Pemerintah Kota pun telah menganggarkan dana sekitar Rp 9 miliar.

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya Edi Santoso mengatakan, salah satu fokus renovasi Gelora Bung Tomo yakni untuk memanjakan para penonton disabilitas.

Selain itu, pihaknya akan menambah scoring board untuk pertandingan.

"Anggaran itu yang utama untuk scoring board anggarannya sekitar Rp 9 miliar. Kita sediakan juga terusan dan kawasan penonton disabilitas menyerupai tribun khusus mereka beserta terusan masuk keluar dan naik turun ke tribun. Itu sesuai saran dari ibu wali kota (Tri Rismaharini)," kata Edi ketika dihubungi detikcom, Jumat (14/12/2018).


"Kalau ada lebihnya maka akan dipakai untuk renovasi menyerupai membenahi bench pemain," imbuhnya.

Edi melanjutkan, sejumlah kemudahan lain menyerupai musala, jalan, pagar dan lift stadion yang tidak berfungsi sekian tahun juga akan mendapat prioritas untuk pembenahan. Bahkan pihaknya telah menyiapkan lorong pemain (tunnel portable) untuk masuk keluar pemain di lapangan.

Dikatakan Edi, pembenahan dan penambahan kemudahan ini ditargetkan selesai pada simpulan bulan Desember. Namun untuk pembelian scoring board, ia mengaku harus menunggu lelang tahun depan.

"Pengerjaan sudah sebulan lalu. Kalau untuk scoring board ada proses lelang tahun depan sekitar bulan Januari," tandas Edi.


Sebelumnya Gelora Bung Tomo pernah dikeluhkan oleh suporter Persebaya yang mengalami disabilitas. Saat itu mereka hendak menonton pertandingan antara Persebaya melawan Persib Bandung di Liga 1 Gojek beberapa waktu lalu.

Beberapa aspek yang dikeluhkan di antaranya tidak adanya terusan khusus untuk difabel menuju tribun. Lift yang ada di stadion pujian Kota Surabaya ini juga tidak berfungsi. Bahkan para suporter difabel, terutama yang berkursi roda, tidak sanggup mengakses toilet.

"Tadi saya ingin buang air kecil di toilet tidak bisa. Karena masuknya letter L jadi bangku roda tidak sanggup masuk," ungkap Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Jatim, Adi Kurniawan yang ketika itu ikut menonton.

Sumber detik.com
Lebih baru Lebih lama