Gamers Indonesia Menyongsong SEA Games dan Asian Games 2022Ishadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)

Jakarta -Kalau Anda melihat pengemudi Gojek istirahat di daerah teduh sambil memainkan jari-jari di layar HP-nya, atau menemukan sopir memainkan gadget-nya secara berkelompok, atau Anda sekilas memperhatikan di kafe dan daerah nongkrong beberapa anak milenial sibuk dengan HP sepulang sekolah, mereka itu semua sedang asik memainkan games. Gamers intinya ialah sebuah permainan menyerupai permainan sepak bola. Ada dua tim yang bertanding, masing-masing berjumlah 5 orang. Kelimanya mempunyai tugas masing-masing. Posisi penyerang, posisi pengatur strategi, posisi pelindung, maupun posisi yang sanggup cepat melihat taktik penyerangan lawan.

Setiap game berdurasi sepuluh hingga enam puluh menit. Targetnya ialah menghancurkan markas atau tower lawan. Berbeda dengan permainan sepak bola, dalam permainan ini lebih sempurna menyerupai bermain perang-perangan, alasannya ialah masing-masing tim sanggup mengeluarkan jurus-jurus yang tak diduga oleh lawan. Terlebih lagi, dalam permainan ini dilengkapi semacam ranjau, peluru, lontaran api, halilintar yang dikenal sebagai AI --artificial intelligence, sehingga permainan menjadi sangat seru, setiap pihak yang bertanding harus waspada dalam hitungan detik. Siapa yang menang dalam pertandingan mendapat koin atau diberi kesempatan untuk membayar atau membeli GEM. Disebut juga sebagai kristal atau permata.

Permainan ini tidak menggunakan pulsa, melainkan menggunakan kuota internet atau WIFI. Mereka harus menggunakan tablet, laptop, PC untuk jenis pertandingan menyerupai DOTA 2, Paint BLANK, CSGO,FIFA. Sementara, mereka yang bermain di android jenis permainannya antara lain AOV (Arena of Valor), Mobile LEGEND, VAIN Glory, atau ONMIOJI, PUBG Mobile.

Di Asia umumnya yang paling disukai dan peminat terbanyak ialah Mobile LEGEND. Di Indonesia Mobile LEGEND setiap hari dimainkan tidak kurang oleh 12 juta pemain. Terbanyak kelompok milenial. Negara dengan gamers terbanyak di Asia ialah China, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Singapura, Filipina, dan Indonesia. Jepang mempunyai sistem sendiri yang sudah diperkenalkan sehabis Perang Dunia ke-2. Sejak lima tahun kemudian gamers ini membentuk organisasi IESPA (Indonesian E-Sport Association). Di tingkat Asia organisasinya berjulukan AESF (Asia Electronic E-SPORT Federation), sedangkan tingkat dunia berjulukan IESF (International Esport Federation) menyerupai FIFA dalam sepak bola dunia.

Ketika Asian Games ke-18 di Indonesia berlangsung, IESPA sebagai organisasi sport electronic meminta kepada IOC semoga E-Sport masuk dalam nomor olah raga yang dipertandingkan. Namun, pihak IOC menuntut semoga IESPA menciptakan pertandingan exhibition terlebih dahulu sebelum sanggup diakui sebagai cabang olah raga resmi menyerupai cabang olah raga lainnya yang sudah ada dan dipertandingkan. Terdapat 12 negara yang ikut dalam pertandingan exhibition tersebut. Dalam pertandingan exhibition, Indonesia berada pada posisi ke-3 dengan 1 medali emas, Korea Selatan di posisi ke-2 dengan 2 medali emas, dan China di posisi pertama dengan 3 medali emas.

Pada 2022 nanti, di Asian Games ke-19 di Hangzhou, China E-Sport pertama kali akan hadir secara resmi di kancah pertandingan. Sementara itu pada SEA Games 2020 di Manila, pihak IOC mengizinkan E-Sport dipertandingkan pertama kalinya di sana.

Nantinya untuk pertandingan di SEA Games Manila dan Asian Games Hangzhou, delegasi Indonesia akan dilatih dan dipersiapkan sama menyerupai cabang olah raga lainnya. IESPA akan melaksanakan seleksi, pelatihan, dan uji coba ke banyak sekali negara semoga mendapat pemain-pemain terbaik untuk mendapat medali emas, perak, maupun perunggu.

E-Sport sehabis exhibition Asian Games di Indonesia dinilai berhasil, menciptakan IESPA semakin popular dan sangat serius dibenahi. Diharapkan pada Kongres IESPA seluruh Indonesia final 2019 akan dipilih ketua gres yang diperkirakan akan dipegang oleh Angki Tri Jaka yang selama ini menjadi wakil ketua IESPA. Mengingat permainan ini memerlukan keterampilan dan kecerdasan yang tinggi, mereka yang kelak akan terpilih sebagai atlet pada SEA Games 2020, dan Asian Games 2022, harus direkrut dari kalangan mahasiswa kampus.

Sekarang ini ada 4 universitas yang mempunyai kurikulum dan training cabang olah raga E-Sport, yakni ITB (Institut Teknologi Bandung), ITS Surabaya, Universitas Ciputra Surabaya, Universitas Multi Media Nusantara Jakarta, Universitas Binus Jakarta, dan Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta (MMTC). MMTC merupakan satu-satunya universitas yang mempunyai prodi progam studi games, desain, teknologi permainan yang dipimpin oleh Dr Hendri Kuswantoro.

Indonesia dengan jumlah golongan milenial 65 juta serta mempunyai jaringan telekomunikasi yang jauh lebih berkembang, mempunyai kesempatan besar untuk menjadi juara di ajang SEA Games Manila dan Asian Games Hangzhou pada 2022. Sangat membanggakan.

Ishadi SK Komisaris Transmedia


Tulisan ini ialah kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com
Lebih baru Lebih lama